Pantai Siung, Memiliki 250 Jalur Panjat Tebing
Pantai Siung terletak di sebuah wilayah terpencil di
Kabupaten Gunung Kidul, tepatnya sebelah selatan kecamatan Tepus.
Jaraknya sekitar 70 km dari pusat kota Yogyakarta, atau sekitar 2 jam
perjalanan. Menjangkau pantai ini dengan sepeda motor atau mobil menjadi
pilihan banyak orang, sebab memang sulit menemukan angkutan umum. Colt
atau bis dari kota Wonosari biasanya hanya sampai ke wilayah Tepus,
itupun mesti menunggu berjam-jam.
Stamina yang prima dan performa kendaraan yang baik
adalah modal utama untuk bisa menjangkau pantai ini. Maklum, banyak
tantangan yang mesti ditaklukkan, mulai dari tanjakan, tikungan tajam
yang kadang disertai turunan hingga panas terik yang menerpa kulit saat
melalui jalan yang dikelilingi perbukitan kapur dan ladang-ladang
palawija. Semuanya menghadang sejak di Pathuk (kecamatan pertama di
Gunung Kidul yang dijumpai) hingga pantainya.
Seolah tak ada pilihan untuk lari dari tantangan itu.
Jalur Yogyakarta - Wonosari yang berlanjut ke Jalur Wonosari - Baron dan
Baron - Tepus adalah jalur yang paling mudah diakses, jalan telah
diaspal mulus dan sempurna. Jalur lain melalui Yogyakarta - Imogiri -
Gunung Kidul memiliki tantangan yang lebih berat karena banyak jalan
yang berlubang, sementara jalur Wonogiri - Gunung Kidul terlalu jauh
bila ditempuh dari kota Yogyakarta.
Seperti sebuah ungkapan, "bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang kemudian", begitulah kiranya perjalanan ke Pantai
Siung. Kesenangan, kelegaan dan kedamaian baru bisa dirasakan ketika
telah sampai di pantai. Birunya laut dan putihnya pasir yang terjaga
kebersihannya akan mengobati raga yang lelah.Tersedia sejumlah
rumah-rumah kayu di pantai, tempat untuk bersandar dan bercengkrama
sambil menikmati indahnya pemandangan.
Satu pesona yang menonjol dari Pantai Siung adalah batu
karangnya. Karang-karang yang berukuran raksasa di sebelah barat dan
timur pantai memiliki peran penting, tak cuma menjadi penambah keindahan
dan pembatas dengan pantai lain. Karang itu juga yang menjadi dasar
penamaan pantai, saksi kejayaan wilayah pantai di masa lampau dan pesona
yang membuat pantai ini semakin dikenal, setidaknya di wilayah Asia.
Batu karang yang menjadi dasar penamaan pantai ini
berlokasi agak menjorok ke lautan. Nama pantai diambil dari bentuk batu
karang yang menurut Wastoyo, seorang sesepuh setempat, menyerupai gigi
kera atau Siung Wanara. Hingga kini, batu karang ini masih bisa
dinikmati keindahannya, berpadu dengan ombak besar yang kadang
menerpanya, hingga celah-celahnya disusuri oleh air laut yang mengalir
perlahan, menyajikan sebuah pemandangan dramatis.
Karang gigi kera yang hingga kini masih tahan dari
gerusan ombak lautan ini turut menjadi saksi kejayaan wilayah Siung di
masa lalu. Menurut cerita Wastoyo, wilayah Siung pada masa para wali
menjadi salah satu pusat perdagangan di wilayah Gunung Kidul. Tak jauh
dari pantai, tepatnya di wilayah Winangun, berdiri sebuah pasar. Di
tempat ini pula, berdiam Nyai Kami dan Nyai Podi, istri abdi dalem
Kraton Yogyakarta dan Surakarta.
Sebagian besar warga Siung saat itu berprofesi sebagai
petani garam. Mereka mengandalkan air laut dan kekayaan garamnya sebagai
sumber penghidupan. Garam yang dihasilkan oleh warga Siung inilah yang
saat itu menjadi barang dagangan utama di pasar Winangun. Meski kaya
beragam jenis ikan, tak banyak warga yang berani melaut saat itu.
Umumnya, mereka hanya mencari ikan di tepian.
Keadaan berangsur sepi ketika pasar Winangun, menurut penuturan Wastoyo, diboyong
ke Yogyakarta. Pasar pindahan dari Winangun ini konon di Yogyakarta
dinamai Jowinangun, singkatan dari Jobo Winangun atau di luar wilayah
Winganun. Warga setempat kehilangan mata pencaharian dan tak banyak lagi
orang yang datang ke wilayah ini. Tidak jelas usaha apa yang ditempuh
penduduk setempat untuk bertahan hidup.
Di tengah masa sepi itulah, keindahan batu karang
Pantai Siung kembali berperan. Sekitar tahun 1989, grup pecinta alam
dari Jepang memanfaatkan tebing-tebing karang yang berada di sebelah
barat pantai sebagai arena panjat tebing. Kemudian, pada dekade 90-an,
berlangsung kompetisi Asian Climbing Gathering yang kembali memanfaatkan
tebing karang Pantai Siung sebagai arena perlombaan. Sejak itulah,
popularitas Pantai Siung mulai pulih lagi.
Kini, sebanyak 250 jalur pemanjatan terdapat di Pantai
Siung, memfasilitasi penggemar olah raga panjat tebing. Jalur itu
kemungkinan masih bisa ditambah, melihat adanya aturan untuk dapat
meneruskan jalur yang ada dengan seijin pembuat jalur sebelumnya. Banyak
pihak telah memanfaatkan jalur pemanjatan di pantai ini, seperti
sekelompok mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta yang tengah
bersiap melakukan panjat tebing ketika YogYES mengunjungi pantai ini.
Fasilitas lain juga mendukung kegiatan panjat tebing
adalah ground camp yang berada di sebelah timur pantai. Di ground camp
ini, tenda-tenda bisa didirikan dan acara api unggun bisa digelar untuk
melewatkan malam. Syarat menggunakannya hanya satu, tidak merusak
lingkungan dan mengganggu habitat penyu, seperti tertulis dalam sebuah
papan peringatan yang terdapat di ground camp yang juga bisa digunakan
bagi yang sekedar ingin bermalam.
Tak jauh dari ground camp, terdapat sebuah rumah
panggung kayu yang bisa dimanfaatkan sebagai base camp, sebuah pilihan
selain mendirikan tenda. Ukuran base camp cukup besar, cukup untuk 10 -
15 orang. Bentuk rumah panggung membuat mata semakin leluasa menikmati
keeksotikan pantai. Cukup dengan berbicara pada warga setempat, mungkin
dengan disertai beberapa rupiah, base camp ini sudah bisa digunakan
untuk bermalam.
Saat malam atau kala sepi pengunjung, sekelompok kera
ekor panjang akan turun dari puncak tebing karang menuju pantai. Kera
ekor panjang yang kini makin langka masih banyak dijumpai di pantai ini.
Keberadaan kera ekor panjang ini mungkin juga menjadi salah satu alasan
mengapa batu karang yang menjadi dasar penamaan dipadankan bentuknya
dengan gigi kera, bukan jenis hewan lainnya.
Wastoyo mengungkapkan, berdasarkan penuturan para winasih (orang-orang yang mampu membaca masa depan), Pantai Siung akan rejomulyo
atau kembali kejayaannya dalam waktu yang tak lama lagi. Semakin
banyaknya pengunjung dan popularitasnya sebagai arena panjat tebing
menjadi salah satu pertanda bahwa pantai ini sedang menuju kejayaan.
Kunjungan wisatawan, termasuk anda, tentu akan semakin mempercepat
teraihnya kejayaan itu.
sumber : http://www.yogyes.com
No comments:
Post a Comment